Home Berita Univrab-INSISTS Gelar “Challenges of Islamic Higher Education” dan Tandatangani Kerjasama di Bidang...

Univrab-INSISTS Gelar “Challenges of Islamic Higher Education” dan Tandatangani Kerjasama di Bidang Pendidikan

1123
0
Simposium Nasional "Challenges of Islamic Higher Education", INSISTS-Univrab, Pekanbaru, Riau (3/5/2017). Credit foto: riaupos.co
Simposium Nasional “Challenges of Islamic Higher Education”, INSISTS-Univrab, Pekanbaru, Riau (3/5/2017). Credit foto: riaupos.co

Universitas Abdurrab (Univrab), Pekanbaru, Riau, menggelar kegiatan simposium nasional, Rabu (3/5/2017), dengan tema Challenges of Islamic Higher Education (Tantangan Perguruan Tinggi Islam). Kegiatan yang berbarengan dengan Milad Universitas Abdurrab ke-12 tahun ini digelar di aula Gedung Perpustakaan Soeman HS. Kegiatan dimulai sekitar pukul 8.30 WIB. Tiga tokoh INSISTS menjadi pemateri di acara ini, yakni Dr. Syamsudin Arif (Direktur Eksekutif INSISTS) Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi (Direktur INSISTS, Wakil Rektor I Universitas Darussalam Gontor) dan Dr. Wendi Zarman (Peneliti INSISTS, Direktur PIMPIN Bandung), sementara pemateri setempat adalah Andree, S.IP, MA ( Wakil Rektor Univrab).

Rektor Univrab, Dr. Arisman Adnan, M.Sc. dalam sambutannya berharap, sistem pendidikan terutama di Universitas Abdurrab dapat berdasarkan pada sistem pendidikan yang islami. “Sesuai dengan visi kita untuk menjadi universitas profesional berbasis Islam, kita berharap proses pendidikan pun dapat lebih mengedepankan peran agama Islam di dalamnya. Sebagai seorang muslim, kita tidak dapat memisahkan antara agama dengan kegiatan apa pun, termasuk pendidikan,” ungkapnya. Kegiatan ini bertujuan agar dosen-dosen yang ada di Riau memiliki visi keislaman tentang ilmu yang diajarkan kepada mahasiswa. Jadi, ilmu itu harus mendekatkan diri kita kepada Allah.

“Untuk itu, kita harus memulai agar bagaimana bisa terjadi islamisasi sains. Namun apakah harus dimulai dari dosennya, ataukah dimulai dari sistem keilmuannya. Hal inilah yang didiskusikan bersama dalam kegiatan simposium tersebut dan juga harus dihadapi bersama,” ujar dia.

Senada dengan hal tersebut, Ketua Yayasan Abdurrab Dr. dr. Susiana Tabrani, M.Pd mengatakan, proses islamisasi dalam dunia pendidikan perlu dilakukan. “Hal ini penting, karena yang kita harapkan itu bukan hanya sekedar mencetak generasi muda yang matang secara ilmu, namun dari segi agama juga harus kuat,” kata dia. Univrab juga akan terus menjalin kerjasama dengan beberapa pihak yang berkompeten guna menunjang visi dan misi Universitas Abdurrab menjadi perguruan tinggi yang berbasis Islam tersebut.

Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi dalam pemaparannya menyampaikan, ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk menciptakan pendidikan islami di kampus. “Ada beberapa langkah transformasi worldview islam dalam kampus. Di antaranya penanaman nilai dan konsep dasar Islam seperti ukhuwwah, keikhlasan, kesederhanaan, sopan santun. Ini harus dilakukan dalam setiap kesempatan,” terangnya. Universitas Islam mempunyai struktur, tujuan, dan konsep ilmu yang berbeda jauh, khususnya dengan universitas barat. “Tujuan dari universitas Islam adalah untuk mencetak manusia sempurna atau manusia universal. Ilmuan muslim bukan hanya spesialis dalam bidang atau disiplin ilmu tertentu,” tambah Dr. Hamid. Ilmuan muslim sejatinya juga tak bisa terlepas dari ajaran agamanya. Dengan demikian, implementasi keilmuannya juga harus sesuai dengan syariat islam.

Dr Syamsudin Arif mengatakan, tidak semua sistem keilmuan dari Barat tersebut tidak baik untuk dijalankan di universitas yang ada di Indonesia. Namun memang ada beberapa bagian yang belum pasti cocok dengan ajaran Islam. “Seperti halnya di sistem keilmuan Barat, mengenai standar baik buruknya kadang berbeda dengan standar yang ada di keilmuan Indonesia terutama keilmuan Islam. Contohnya saja bahan pembuatan pembungkus obat kapsul, di Barat bahan tersebut dikembangkan dengan bahan turunan dari babi, nah jika ini diterapkan juga di Indonesia tentu tidak sesuai dengan ajaran Islam yang di Indonesia pemeluknya mayoritas,” paparnya.

Kondisi inilah yang membuat banyak ilmuan di Indonesia yang seperti memiliki kepribadian ganda. Di satu sisi mereka ingin tampil sebagai ilmuan, namun di sisi lain terbentur masalah akidah. Apalagi ada ungkapan bahwa ilmuan harus subjektif dan tidak mencampuradukkan dengan urusan agama.

“Tantangan lain yang juga banyak dihadapi yakni, jika ilmuwan Islam ingin mengembangkan penemuan baru seperti di bidang kesehatan. Banyak pihak yang belum bisa menerima, karena banyak yang menganggap bahwa mereka selama ini baik-baik saja dengan sistem yang sudah terbangun lama, namun jika ditelisik lebih dalam ini seperti menyimpan penyakit kanker yang tidak diketahui namun lama-lama mematikan,” jelasnya.

Malam harinya, berlangsung pertemuan INSISTS dan Ulama Riau di kampus Univrab. Dari pihak ulama Riau, turut hadir tokoh-tokoh MUI Riau dan jajaran perguruan tinggi setempat, seperti UIN Sultan Syarif Kasim, Universitas Riau (Unri), Universitas Islam Riau (UIR), STIE Iqra Annisa, dan tuan rumah, Univrab. Dalam pertemuan itu, INSISTS menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Universitas Abdurrab dan Yayasan Abdurrab. Bentuk kerjasama mencakup penyelenggaraan kegiatan ilmiah seperti simposium atau seminar berskala nasional dan internasional; Islamisasi beberapa mata kuliah di kampus Univrab; dan kajian Islamic Worldview secara berkala.

Leave a Reply