Bandung – Sabtu 25 November 2023, direktur utama INSISTS, Prof. K.H. Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi, diundang untuk mengisi Kuliah Umum di lingkungan mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) sebagai rangkaian dari Asistensi materi Agama dan Etika Islam (AEI).
Dengan tema Menyemai Wasatiyah Islam (Secara Intelektual), Prof Hamid meluruskan beberapa kesalahan dalam memahami terma “wasatiyah” yang beredar di tengah masyarakat. Sepatutnya mahasiswa ITB sebagai putra-putri terbaik dan calon pemimpin bangsa masa depan, diharapkan menata kembali cara pandangnya (worldview).
Kuliah Umum tersebut dibuka terlebih dahulu dengan sambutan dari beberapa fungsionaris ITB. Diawali oleh Dr. Ir. Dianika Lestari, yang merupakan Kepala Sub Direktorat Monitoring dan Evaluasi Pendidikan, Direktorat Pendidikan ITB, kemudian dilanjut oleh Dr. Qoriah A Siregar sebagai Perwakilan dosen Agama dan Etika Islam ITB. Keduanya sangat mengapresiasi atas diselenggarakannya kuliah umum ini terutama dengan kesediaan kehadiran Prof. Hamid cendekiawan muslim untuk mengisi kuliah umum di tengah kesibukannya.
Dalam kesempatan tersebut dihadiri segenap dosen pengajar AEI dan 3000 mahasiswa aktif yang mengambil materi kuliah tersebut dari berbagai lintas fakultas. Tampil Dr. Agus Syihabudin, dosen AEI ITB sekaligus alumni dari Pondok Modern Darussalam Gontor bertindak sebagai moderator selama acara kuliah umum ini berlangsung.
Acara yang diselenggarakan di Aula Barat ITB ini dikemas dalam bentuk penyampaian materi dari Prof. Hamid dengan judul Menyemai Wasatiyah Islam (Secara Intelektual) dan dilanjutkan diskusi dengan audiens.
Mengawali kuliah umumnya tersebut, Prof. Hamid menitipkan pesan penting yang perlu disadari dan dipahami kepada segenap civitas ITB. “Indonesia mayoritas beragama Islam dan kalian beragama Islam, saya titip pak identitas Islam kalian itu menjadi bagian penting daripada ketokohan dan kepemimpinan kalian di masa depan. Banyak orang yang lupa Islam-nya tapi selalu ingin menjadi pemimpin“.
Di hadapan mahasiswa dan civitas ITB yang hadir Prof Hamid mengatakan dengan tegas “Berislam itu dengan pikiran, perasaan, dan perbuatan, .. ini sesui dengan trilogi ajaran Islam. Ilmu, Iman dan Amal, syariat itu adalah ilmu kemudian aqidah itu adalah iman, akhlaq itu amal. Orang beramal harus berakhlaq, harus berakhlaq … Di mana letak berwasatiyah itu di dalam berakhlaq itu, tetapi anda tidak akan melakukan, bersikap wasatiyah kalau anda tidak paham syariah, anda tidak paham aqidah. Wasatiyah itu bukan moderat”.
Antusiasme nampak dari sejumlah mahasiswa turut aktif bertanya kepada Prof Hamid. Di antara mereka bertanya terkait bagaimana sikap yang wasati terhadap pihak yang terlaku ekstrim ke’kanan’ atau ‘kiri’. Tidak kalah uniknya dalam sesi tanya jawab tersebut dua mahasiswi bertanya perihal sikap dalam menyiapkan pernikahan yang mengantarkan ke surga sebagai salah satu cabang iman dari 77 pada aspek sosial.
Sebuah kesyukuran, melalui asistensi AEI dengan kuliah umum ini, menunjukkan civitas ITB kian peduli mengenai isu keagamaan yang berkembang tidak hanya mengedepankan sains semata. Budaya kritis di ruang akademik sepatut terus ditumbuh kembangkan sehingga mahasiswa sebagai agent of change mampu tampil dengan gagasan yang bisa menjawab kegelisahan serta kegamangan di tengah masyarakat, termasuk dalam isu wasathiyah, adalah tidaklah relevan jika dipahami dengan (red: term Barat) arti moderat.
Berita oleh: Agus Dwi Saputro