Home Saturday Forum Teori-teori Sekularisasi Kontemporer dan Filsafat Pascasekularisme dalam Tinjauan Epistemologi Islam

Teori-teori Sekularisasi Kontemporer dan Filsafat Pascasekularisme dalam Tinjauan Epistemologi Islam

1861
0
40 tahun lalu, buku Islam and Secularism karya Syed Muhammad Naquib Al-Attas terbit sebagai argumen kuat dalam menunjukkan perbedaan hakiki Islam dan sekularisme. Jika beberapa sarjana muslim –termasuk para ideolog gerakan Islam- berhenti melihat sekularisme sebagai persoalan tata negara (politis) dan gaya hidup (moralis), Al-Attas dengan tenang dan teliti menguraikan fenomena sekularisme sebagai pembentukan kesadaran-diri manusia yang terjadi sepanjang sejarah filsafat Barat dalam upaya memahami dan mencari Wujud. Beliau merujuk langsung beberapa pemikiran filsuf, teolog, dan sosiolog besar hingga buku itu ditulis, untuk menunjukkan upaya memahami Wujud tersebut yang malah mengantarkan Barat pada perubahan demi perubahan tanpa henti.
 
Saat buku tersebut ditulis, para filsuf dan ilmuwan sosial Barat memang sedang menaruh optimisme pada sekularisasi. Meski mengakui bahwa sekularisasi merupakan gejala khas Barat (dan lebih khusus lagi, Eropa), mereka yakin masyarakat dunia perlahan-lahan akan menganut hal yang sama sebagai konsekuensi modernitas. Namun tak sampai satu dasawarsa kemudian, teori sekularisasi mulai dipertanyakan dari dalam dunia akademik Barat sendiri. Peter L. Berger meyakini bahwa yang terjadi di dunia justru sebuah “desekularisasi”, karena kaum beragama mulai secara berani mengisi ruang publik yang telah lama menyingkirkan mereka. Jose Cassanova, sambil mempertahankan istilah sekularisasi, mencoba merehabilitasinya dari “pemisahan” ke “pembedaan” ranah agama dan ranah publik/politik. Beberapa filsuf juga menawarkan dialog baru agama dan modernitas dengan istilah Pascasekularisme (Post-secularism), “Agama tanpa Agama”, dsb.
 
Pemikiran-pemikiran mutakhir tersebut tampak mulai ramah terhadap agama, termasuk Islam. Beberapa kalangan sarjana muslim menyambutnya tanpa kritis namun berujung pada gejala liberalisasi pemikiran Islam. Lantas bagaimana membaca pemikiran tersebut agar sesuai dengan epistemologi Islam? Dalam INSISTS Saturday Forum (INSAF) pekan ini, Staf Program dan Media INSISTS, Ismail Al-‘Alam, akan menjadikan pemikiran Al-Attas dalam buku islam and Secularism sebagai landasan epistemologis bagi pembacaan terhadap teori-teori sekularisasi dan filsafat pascasekularisme. Alam tengah menyelesaikan tugas akhir tentang filsafat kebudayaan di Program Studi Falsafah dan Agama, Universitas Paramadina, juga melakukan riset mandiri tentang pemikiran Menteri Agama RI pertama, Mohammad Rasjidi.
 
***
 
as-salāmu ‘alaykum wa rahmatullāhi wa barakātuh…
 
Hadirilah INSISTS Saturday Forum (INSAF):
 
Tema: “Teori-teori Sekularisasi Kontemporer dan Filsafat Pascasekularisme dalam Tinjauan Epistemologi Islam”
 
Pembicara: Ismail Al-‘Alam (Staf Program dan Media INSISTS)
 
Sabtu, 22 September 2018
Pkl. 10.00 – 12.00 WIB
 
Aula Imam al-Ghazali, INSISTS, Gedung Gema Insani Lt.1
Jl. Kalibata Utara 2 No.84 Jakarta Selatan
 
Informasi: Telp: 021-7940381 / WA: 0812 9081 5528

Leave a Reply