Home Berita Politik Umat: Menjauhi Jebakan Sekuler, Membangun Peradaban Islam –Catatan INSISTS Saturday Forum...

Politik Umat: Menjauhi Jebakan Sekuler, Membangun Peradaban Islam –Catatan INSISTS Saturday Forum (INSAF) 19/1/2019

1926
0

Kedudukan politik, dunia, dan agama sudah diatur sedemikian rupa oleh Islam. Politik tidak hanya sebatas kekuasaan yang bersifat duniawi. Dalam Islam, kekuasaan/negara/politik penting untuk mewujudkan ketertiban dunia, ketertiban dunia penting untuk mewujudkan ketertiban agama, sedangkan ketertiban agama penting untuk keberhasilan di akhirat. Inilah tujuan diutusnya para nabi di dunia.

Hal tersebut disampaikan Direktur Eksekutif INSISTS, Dr. Henri Shalahuddin, saat mengisi INSISTS Saturday Forum (INSAF) di Aula Imam Al-Ghazali, INSISTS, Sabtu pekan lalu (19/01). Forum yang dihadiri banyak peminat kajian Islam dan aktivis dakwah ini masih relevan dengan INSAF pekan sebelumnya yang membahas hubungan ulama dan politik. Definisi umat Islam, menurut beliau, adalah mencakup semua orang yang mengucapkan syahadat. Kondisi ini membuat sebagian umat Islam yang tak melanjutkan syahadatnya dengan rukun Islam lain dan penguatan rukun iman menjadi rentan terpapar jebakan politik sekuler yang tampak ramah agama.

Padahal dalam Ihya ‘Ulumuddin, Imam Al-Ghazali menulis bahwa Islam tanpa pondasi akan runtuh, dan Islam tanpa penjaga akan hilang/binasa. Agama adalah pondasinya dan kekuasaan adalah penjaganya. Dalam kitabnya yang lain, Fada’ih al-Bayaniyyah, ulama besar ini menulis bahwa teraturnya urusan dunia adalah syarat bagi terlaksanakannya aturan agama. Meski demikian, Ahlus Sunnah wal Jamaa’ah berpendirian bahwa politik ialah masalah furu’ (cabang) dalam Islam, bukan ushul (pokok).    Di Indonesia, kalangan yang berpotensi menetukan wajah politik umat ke depan adalah generasi muda.

Menurut data BPS tahun 2017, jumlah pemuda di Indonesia sebesar 63,36 juta jiwa. Definisi pemuda menurut BPS ialah warga negara Indonesia yang berusia 16-30 tahun. sedangkan menurut Al-Qur’an surat Yunus: 83, pemuda adalah yang mengikuti ajaran Nabi, membenarkan serta mengimaninya, sebagaimana para pengikut Nabi Musa As.  Jika para pemuda ini tidak mengikuti ajaran Nabinya, mereka akan mudah terjerumus ke dalam dekadensi moral, padahal nabi sudah mewanti-wanti serta mengingatkan pemuda untuk tidak terjerumus ke dalam dosa.

Potensi pemuda yang demikian besar, apalagi yang terdapat di dalam umat Islam Indonesia saat ini seperti tercermin dalam aksi 212 serta reuninya, bila dikelola dengan baik dan sistematis akan membentuk sebuah tamadun (peradaban) baru yang berlandaskan worldview Islam yang benar. Mereka harus mampu menjawab tuduhan-tuduhan yang mengarah kepadanya seperti intoleran, anti NKRI, atau politis praktis Ini merupakan ungkapan penuh jebakan politik sekuler yang ramah agama. Kepekaan terhadap isu-isu ekonomi, politik, dan kemasyarakatan juga harus diperkuat.

Politik dalam pandangan Islam tidak mempunyai masalah dalam bentuk dan struktur karena tidak memang tak diatur secara jelas dalam Al-qur’an maupun Hadis. Bentuk dan struktur diserahkan sepenuhnya kepada umat. Umat pun tak seharusnya berpecah belah dalam kehidupan berpolitiknya, meski memiliki pilihan yang berbeda, selama mampu menciptakan dan menampilkan sosok pemimpin yang adil.

Leave a Reply