Home Berita Ekonomi Islam adalah Salah Satu Perwujudan Islamic Worldview

Ekonomi Islam adalah Salah Satu Perwujudan Islamic Worldview

3634
0

Struktur pemikiran Islam menempatkan Islamic Worldview pada tempat tertinggi. Di bawahnya terdapat kalam sebagai upaya pembahasan para ulama terhadap worldview, kemudian fiqh yang berorientasi pada amal. Di bidang fiqh ini, terdapat semua pembahasan terkait perkara praktis, termasuk tentang politik (siyasah) dan ekonomi (muamalah). “Professor Al-Attas menyebut Islamic Worldview sebagai ru’yatul Islam lil wujud, atau pandangan Islam terhadap wujud, kebenaran, dan hakikat,” kata salah satu pendiri INSISTS, Assoc. Prof. Dr. Ugi Suharto, dalam Special Lecture di Aula INSISTS Sabtu (29/7/2017) lalu. Acara bertema Pemikiran Ekonomi Islam dan Isu tentang Riba Vs. Interest dalam Konteks Struktur Pemikiran Islam ini dihadiri dihadiri lebih dari 50 akademisi, praktisi, dan mahasiswa di bidang ekonomi Islam, maupun bidang lain, dengan moderator Ustadz Margono Muhadi, M.A.

Ustadz Ugi lalu menjelaskan bahwa istilah ru’yatul Islam lil wujud menyentuh dimensi fisik dan metafisik, sehingga tidak terbatas pada hal-hal yang bisa diindra seperti terkandung dalam istilah al-kawn. Karena menggunakan makna ru’yat, Islamic Worlview akan menghubungkan ranah yang sangat khusus seperti ekonomi dengan yang metafisik, bahkan beberapa asma Allah menyentuh langsung wilayah ini, seperti Ar-Raziq, Al-Malik, Al-Mudabbir, dan Al-Ghani. Konsep ini menjadi pembeda utama antara ekonomi Islam dan ekonomi lain yang rasinal, termasuk ekonomi kapitalis yang saat ini sedang menguasai perekonomian global. Menurut Ustadz Ugi, ekonomi kapitalis yang bathil bisa bertahan karena dijalankan dengan baik, sementara ekonomi Islam yang benar akan kalah jika tidak dijalankan dengan baik pula. Beliau menggunakan pendapat yang masyhur dari Sayyidina Ali RA untuk menjelaskan hal itu, yakni Kebenaran yang tak terorganisir akan dikalahkan oleh kebatilan yang terorganisir.

Isu yang paling menjadi perhatian utama dari praktik ekonomi adalah persoalan riba dan bunga. Materi Ustadz Ugi mengerucut ke arah sana sampai memasuki istilah-istilahnya yang teknis, dan rumusan-rumusan di dalam ilmu ekonomi dan praktik perbankan. Peserta tetap antusias menyimak kuliah yang berlangsung sejak pukul 09:00-17:00 WIB ini. Kedatangan Ustadz Ugi di Jakarta dan beberapa kota lain dimanfaatkan banyak lembaga untuk mennuntut ilmu kepada beliau. Selain di INSISTS, Ustadz Ugi juga memberi materi struktur pemikiran Islam di Ma’had ‘Ali Hujjatul Islam (MAHI), Depok, Sekolah Pemikiran Islam (SPI) jakarta, dan Institut Pemikiran Islam (InPAS), Surabaya. Selain itu, beliau juga diundang oleh STEI Tazkia dan Bank Indonesia untuk berbicara khusus mengenai ekonomi Islam.

Dalam kata sambutannya di awal acara, Direktur Eksekutif INSISTS baru, Dr. Henri Shalahuddin, mengungkapkan pentingnya kerja-kerja peradaban di bidang pemikiran. Maraknya pandangan dikotomik terhadap ilmu saat ini di tengah masyarakat menjadi bukti bahwa pembahasan Islam di tingkat worldvew menjadi hal yang penting.

Leave a Reply