Judul Buku:
MISYKAT: REFLEKSI TENTANG ISLAM, WESTERNISASI & LIBERALISASI
Penulis: Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi
Spesifikasi Fisik Buku:
Ukuran Isi : 13,5 x 20,5 cm, Ukuran Cover : 13,5 x 20,5 cm
Halaman/Warna : 320 halaman, Black (1/1)
Bahan & Spec. Cover : Art Carton 260 gsm, Full Colour (4/0), Laminating Doff,
Lidah Cover 7 cm, Spot UV
Bahan Isi : Book Paper 70 gsm
Finishing : Perfect Binding Hotmelt, Wrapping
Harga: Rp. 85.000,– Pemesanan SMS 087878147997
Beberapa testimoni buku MISYKAT:
“Spektakuler! Kolom Misykat Dr. Hamid Zarkasyi di Jurnal Islamia Republika selama 3 tahun (2009-2012)menjadi kolom yang paling banyak dibaca orang. Berciri khas:lugas,cerdas dan bernas. Buku kumpulan Misykat ini membuktikan, Dr.Hamid saat ini merupakan salah satu dari sederet kolumnis terbaik di Indonesia. Selamat Membaca!” .
( Dr. AdianHusaini, Kepala Progran Studi Magister Universitas Ibn Khaldun Bogor)
“Misykat, adalah relung jiwa DR. Hamid Fahmi Zarkasyi yang bukan cuma cerdas dan sarat makna tapi juga penuh inspirasi, dalam dan menyelamatkan logika”.
(Bahtiar Nasir, sekjen MIUMI: MajelisIntelektual Dan Ulama Muda Indonesia)
“Paduan dari nalar yang tajam dengan ketulusan hati dan tutur yangjernih telah membuat buku ini bernas dan ‘gurih’. Bon Lecture!”
( Dr. Syamsuddin Arif, Dosen IIUM – Malaysia)
”Membaca karya Mas Hamid ahmy Zarkasyi yang terhimpun dalam buku ini kita segera mendapai kesan:cerdas, bernas, dan merangsang kita untuk mencari solusi. Karya tulis dalam buku ini berselancar dari khasanah Islam klasik dan kontemporer, dari peradaban Barat sampai akar filosofis suatu persoalan. Tulisannya menjadi enak di baca karena Mas
Hamid mampu meramunya menjadi formula yang siap saji untuk di
diskusikan lebih lanjut ”.
(Herry Mohammad—Redaktur Pelaksana Majalah Gatra).
“Banyak kolom media yang menyajikan tulisan tokoh, berusaha membuka wacana dan memberi inspirasi pada pembacanya. Tapi tulisan Dr Hamid Fahmy Zarkasyi terasa lain dan membuat kekaguman saya pada tulisan-2 tokoh sebelumnya menjadi bergeser. Dengan tutur bahasa yang enak dan terkesan tidak menggurui seolah kita diajak berdialog tentang pertarungan konsep hidup dari peristiwa yang kita hadapi.sehari-hari, berikut solusinya. Tulisan-tulisan tersebut juga menggambarkan betapa luas bacaan beliau dan begitu dalam perenungan yang dilakukan. Insya Allah kita akan mendapat banyak manfaat setela membacanya.”
(Dr. Abdul Ghofir Sp.PD, Direktur Sebuah Rumah Sakit Islam).
“Membaca tulisan-tulisan Mas Hamid Fahmy Zarkasyih selalu menawarkan kedalaman dan sentakan bagi pembacanya. Kedalaman yang menyentak itu pula yang akan mengantarkan pembaca pada internalisasi nilai dan aktualisasi pemahaman.
Herry Nurdi (Penulis dan President Teachers Working Group).
“Di antara Tantangan yg dihadapi umat Islam di era global adalah invasi pemikiran. Dr Hamid fahmi Z sdh mengupas masalah liberalisme dan sekularisme secara gamblang dan sistematis. Buku ini sangat dibutuhkan setiap muslim khususnya para dai”.
(Prof. Dr. Ahmad Satori Ismail, ketua IKADI)
‘Ketika awal menjadi mahasiswa, tahun 90-an, saya orang yang rajin mengumpulkan uang hanya untuk bisa membeli buku “Catatan Pinggir” Mas Gun (Goenawan Muhammad, mantan Pimred MBM Tempo). Dalam tulisannya yang meliuk-liuk, ibarat seni beladiri Kung Fu itu saya hanya mendapatkan informasi, bukan yang lain. Membaca kumpulan Misykat
Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi ini saya tak hanya mendapatkan informasi, namun juga mendapatkan ilmu dan meneguhkan keyakinan.Dr. Hamid membuktikan, ia, kini adalah salah satu kolumnis terbaik Indonesia dengan berlatar belakang pondok pesantren. Ia bisa menulis dengan sangat luar biasa bagus dan kaya. Selain itu, dengan kekayaan dan latar belakang ilmunya, membuktikan bahwa dengan belajar ilmu filsafat, seseorang tidak perlu rusak dalam berfikir atau kehilangan akidahnya.”
(Cholis Akbar, Redaktur Pelaksana www.hidayatullah.com)
“Dua belas tahun yang lalu, seorang kawan lamanya di Birmingham mengkritik Mas Hamid dalam sebuah perdebatan di yahoogroups (Mas Hamid adalah panggilan akrab Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi). Tentu saja waktu itu belum ada facebook dan twitter. “Bilang sama Mas Hamid, dulu di Birmingham dia nyantri dengan para orientalis, sekarang dia mencela dan mengkritik orientalis. Jangan seperti kacang lupa pada kulitnya,” tulis kawan lamanya itu. Setahun kemudian, di kampus ISTAC di tengah Kuala Lumpur, Mas Hamid menjawab kritik itu dalam sebuah obrolan santai, “Waktu di Birmingham saya seperti sudah menguasai semua hal tentang pemikiran Islam, begitu sampai di sini dan berjumpa dengan Prof. Naquib, saya tersadar, saya belum tahu apa-apa…” Mas Hamid jelas bukan kacang lupa kulitnya. “Misykat” justeru menggambarkan perjalanan pemikiran seorang intelektual yang kemudian tahu mana “kulit” yang asli, mana yang palsu. Mana “buah” yang segar, mana yang busuk. Mana yang “racun”, mana yang “madu”. Mas Hamid menuliskan catatan-catatannya tentang berbagai isu krusial dalam aqidah, pemikiran, filsafat, dan peradaban untuk membimbing kita dengan lembut tapi tajam, mendalam tapi jenaka, sederhana tapi memperkaya. Dengan buah keyboard-nya Mas Hamid menantang para penentang, menegur para pencemooh, menuntun para peragu, mencerahkan para pencari, menguatkan para peyakin, dan menenteramkan para pecinta. “Misykat” bukan catatan seseorang yang sedang memamerkan kepintaran dan kekayaan referensinya. Ini catatan seseorang yang sedang memamerkan Kehebatan Allah, yang melingkupi Barat, Timur, dan semua kutub lain yang belum dikenal manusia. Allaahu ma’akum, Mas Hamid.
(Dzikrullah”W. Pramudya, wartawan dan guru madrasah)
“ Saya yakin buku ini pasti di tunggu oleh banyak kalangan cendikiawan atau masyarakat umumnya. Dengan bahasa yang santun enak di baca, namun sangat tegas,lugas dan logis dalam argumentasinya buku ini mampu mengurai berbagai persoalan pemikiran keagamaan yang saat ini menerpa umat di berbagai belahan dunia. Pantas jika buku ini di jadikan misykat dalam membaca pemikiran Islam kontemporer”
(Dr. Nirwan Safrin, Pimpiman Ponpes Husnayain Sukabumi)