Home Headline Silaturahim Ilmiah untuk Membangun Peradaban

Silaturahim Ilmiah untuk Membangun Peradaban

1269
0

10th-642x336

Menginjak usianya yang ke-10 tahun, lembaga pemikiran keagamaan Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS), kini, akan memfokuskan gerakan kepada pembangunan sinergi antar berbagai jaringannya. Demikian salah satu penjelasan Direktur INSISTS, Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi, M.Phil dalam “Orasi Ilmiah pada Tasyakuran 10 Tahun INSISTS” di Karangpandan Solo pada Sabtu (26/01/2013).

Gus Hamid, demikian ia akrab disapa menjelaskan di antara solusi mengatasi tantangan peradaban Islam adalah dengan adanya komunitas-komunitas ilmu yang saling bersinergi.

“Maka yang tepat itu adalah dengan bersinergi antar para ahli. Yang belajar sains harus bertemu dengan orang syariah untk mengatasi problem ilmu”, ujar Gus Hamid dalam orasinya.

Dalam konteks ini, Hamid Fahmy menegaskan sangat perlu dilakukan silaturahim ilmiah, atau ukhuwah dalam ilmu.

Inilah kata Gus Hamid yang dinamakan sinergi membangun peradaban Islam. Sebab tantangan membangun peradaban Islam itu berakar dari problem ilmi pengetahuan. Karena itu, menurutnya, diperlukan tiga konsep.

“Banyak konsep ini yang dikacaukan oleh Barat. Maka langkah dan solusi adalah; rekonstruksi konsep ilmu, pemberdayaan pendidikan Islam dan pembangunan Universitas Islam yang unggul,” tegasnya.

Gus Hamid juga mengatakan, “Pendidikan tidak betul akan menghasilkan penguasa yang tidak betul dan menghasilkan sistem tidak betul,” ujarnya.

Dalam orasi Ilmiah yang dihadiri para peserta dari 15 jaringan INSISTS di seluruh daerah itu, Hamid optimis jika terdapat komunitas-komunitas pengkaji ilmu yang berkembang, sehingga tidak lama akan lahir disiplin ilmu di Perguruan Tinggi yang berdasar Islam. Dari komunitas itulah akan lahir sistem yang baik.

Mengutip teori Ibn Khaldun, Gus Hamid menjelaskan tantangan membangun peradaban Islam itu adalah tantangan internal dan eksternal.

“Tantangan internal adalah problem ilmu pengetahuan. Dan tantangan eksternal adalah westernisasi globalisasi, sekularisasi, liberalisasi, humanisme, pluralisme, hedonisme dan materialism,” ujar pria yang juga Direktur Pascasarjana UNIDA Gontor ini.*