Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan Komisi X DPR yang mengawasi pendidikan dan masalah pemuda telah bersepakat bahwa kurikulum baru untuk 2013 akan lebih fokus pada pembangunan karakter murid.
Meskipun Komisi X belum menyetujui isi draft yang disiapkan oleh kementerian, Ketua Komisi X Agus Hermanto mengatakan bahwa kurikulum baru kemungkinan akan terdiri dari sebagian besar masalah kewarganegaraan, sejarah dan agama.
“Banyak isu yang diangkat dan mereka telah menyarankan bahwa kita harus meningkatkan pembangunan karakter kita, termasuk melalui pendidikan agama, dan empat pilar demokrasi,” kata Agus pada The Jakarta Post Senin (26/11). Ia mengacu pada Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Bhinneka Tunggal Ika.
Politisi Partai Demokrat ini mengatakan bahwa Komisi X telah membentuk panitia kerja pada kurikulum untuk meneliti dan membahas rancangan kurikulum baru.
Agus mengatakan baha panitia kerja juga menyiapkan versi sendiri dari rancangan (kurikulum itu) dan akan membandingkannya dengan versi pemerintah untuk memperoleh hasil yang terbaik yang dibutuhkan untuk meningkatkan pendidikan di negara ini.
Salah seorang anggota Komisi X, Reni Marlinawati Amin, mengatakan bahwa kurikulum baru akan menekankan nilai-nilai moral dan agama sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan karakter murid.
“Saya percaya bahwa siswa kami perlu memiliki lebih banyak waktu mempelajari agama atau Pancasila karena kita telah melihat penurunan moralitas mereka,” kata Reni.
Politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ini menekankan bahwa tujuan utama pendidikan adalah untuk menanamkan nilai-nilai agama ke dalam kehidupan semua murid di Indonesia sehingga mereka bisa tumbuh menjadi orang dewasa dengan karakter berkualitas. “Kita bisa mencapai hal ini dengan mendukung budaya ibadah di sekolah, antara lain,” katanya.
Reni juga menyetujui proposal yang dibuat oleh Menteri Agama Suryadharma Ali yang ingin
menambah jam bagi siswa untuk belajar agama di sekolah-sekolah. Suryadharma sebelumnya mengatakan bahwa pihaknya akan bekerja sama dengan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan untuk mendorong siswa untuk menggunakan liburan mereka, terutama liburan semester, untuk mempelajari lebih banyak tentang agama mereka.
Menurut Suryadharma, di bawah kurikulum baru yang direncanakan diusulkan oleh pemerintah, mahasiswa Muslim akan diwajibkan untuk menempuh pendidikan agama di pesantren selama musim liburan sekolah, sementara siswa non-muslim bisa berpartisipasi sesuai dengan petunjuk yang ada dalam agama mereka.
Sementara, menurut The Jakarta Post, beberapa aktivis pendidikan keberatan dengan rencana tersebut, dengan alasan bahwa lamanya waktu untuk mempelajari agama tidak ada hubungannya dengan perilaku yang baik siswa. “Mereka perlu contoh yang hidup di rumah maupun di sekolah. Yang Benar-benar dibutuhkan siswa kami adalah model peran dari siapa mereka bisa belajar nilai-nilai antar-agama dan antar-budaya seperti kejujuran, menghormati orang lain dan kasih sayang, “kata Itje Chodidjah, seorang ahli pendidikan dari Universitas Pendidikan Indonesia dan anggota dari Komite Pendidikan Jakarta.
Dia mengusulkan bahwa alih-alih membanyak jam untuk kelas agama, kementerian harus memberikan pelatihan bagi para guru untuk menerapkan dan mempromosikan nilai-nilai tersebut. Itje mencontohkan kasus guru yang terlibat kecurangan dalam ujian nasional sebagai contoh kurangnya guru yang bermoral sehingga murid dapat dengan mudah meniru.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan telah mengajukan dana Rp 171 miliar (US $ 17.780.000) untuk perbaikan kurikulum yang akan berlaku pada pertengahan 2013 mendatang. (nh/sumber: The Jakarta Post).