Home Berita Diskusi Kecil yang Bikin Gerah Kelompok Islam Liberal

Diskusi Kecil yang Bikin Gerah Kelompok Islam Liberal

1038
3

Sorotan sinar dari proyektor LCD pas mengenai layar berukuran kira-kira 3 x 3 m. Di layar putih itu jelas terlihat tulisan seputar penyebab munculnya aliran sesat.  Puluhan pasang mata fokus mengamati tulisan di depan mereka.

Di samping kanan, di balik meja, seorang pemateri duduk sambil mengoperasikan notebook merah. Tangan kirinya memegang micropone. Lelaki berjenggot tipis dan memakai baju koko putih itu adalah DR. Ahmad Zain An-Najah.

Dia peneliti senior Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS). Sebuah institusi yang bergerak dalam bidang pemikiran dan peradaban Islam yang bertempat di Gedung GIP, Jl. Kalibata Utara II, Jakarta. Siang itu, doktor bidang syariah dari Universitas, Al-Azhar Kairo, Mesir ini memberikan ceramah seputar “Sebab-sebab Munculnya Aliran Sesat”.

Puluhan peserta, ikhwan dan akhwat, terlihat antusias mendengarkan paparan An-najah. Kata doktor dengan predikat summa cumlaude ini, banyak faktor penyebab munculnya aliran sesat di Indonesia. Salah satu faktor adalah minimnya pengetahuan agama Islam, khususnya bahasa Arab. Hal itulah, ujar penulis rubrik “Fiqih Kontemporer” di hidayatullah.com ini yang membuat keliru dalam memahami Islam.

Para peserta yang berasal dari sekitar Jakarta dan dari berbagai latar belakang, terlihat khusuk mendengarkan. Peserta yang terdiri dari mahasiswa, masyarakat umum, dan juga dosen ini ada yang mengenakan kaos oblong, jaket dan baju koko. Beragam. Berada di sini seperti merasakan suasana kuliah di kampus.

Kendati peserta beragam, tapi, rata-rata, mereka punya niat yang sama, ingin mengetahui seputar pemikiran Islam yang benar. Pasalnya, bagi mereka, sulit mendapat pengetahuan seperti itu di kampus. Apalagi, di kampus justru banyak pemikiran yang boleh dibilang keluar dari koridor Islam dan menjurus liberal.

Seperti diutarakan Ridwan. Peserta yang juga mahasiswa Teknik Informatika semester akhir di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta ini mengaku ingin tahu pemikiran Islam. “Ya, saya ingin tahu ilmu agama yang benar saja. Karena itu, saya ikut acara ini,” ujarnya kepada hidayatullah.com usai acara.

Ridwan sendiri mengikuti diskusi Sabtuan INSISTS ini sejak lama. Awalnya, Ridwan merasa gerah dengan kurikulum yang ada di kampusnya yang dinilainya liberal dan sekuler. Pernah, ujar Ridwan, ketika ujian Metodologi Studi Islam (MSI), dosen memberi hanya satu soal. Soal tersebut berbunyi, “Jelaskan Islam itu tersebar seantero dunia dengan pedang”. Jelas, soal aneh tersebut bagi Ridwan punya maksud tertentu. Pengalaman itu, bukan sekali itu saja dialami Ridwan.

Perkenalan Ridwan dengan INSISTS diawali ketika membaca artikel -yang ditulis para peneliti INSISTS baik di media cetak maupun online. Salah satunya Adian Husaini. “Saya juga biasa baca catatan akhir pekan Adian Husaini di hidayatullah.com” ujarnya. Alhamdulillah. Setelah beberapa kali mengikuti diskusi rutin tersebut, pemahaman tentang Islam Ridwan bertambah dan menjadi lebih terarah.

Diskusi Sabtuan INSISTS ini pertama kali diadakan pada Februari 2007. Menurut pengurus diskusi, Eko Heru Prayitno, tujuan diadakan diskusi tersebut untuk memberikan pemahaman yang benar tentang Islam. Tema yang dikaji dalam diskusi tersebut tidak melulu soal pemikiran, tapi tentang banyak hal. Mulai dari perpajakan, ekonomi hingga kedokteran.

INSISTS sendiri ujar Eko, memiliki stok pemateri yang cukup dan ahli di bidang masing-masing. Tidak saja dari dalam negeri, tapi juga beberapa kali mendatangkan dari luar negeri, misalnya Malaysia.

Ketika pertama kali diadakan, respon positif dari berbagai kalangan cukup tinggi. Para peserta tidak hanya dari sekitar Jakarta, tapi juga dari Solo, Bandung, dan sebagainya. Ada yang dosen, peneliti LIPI, dokter, dan sebagainya. Jumlah mereka fluktuatif. Kadang banyak, kadang sedikit.

Biasanya tergantung tema, pemateri, dan waktu luang para peserta. Kendati begitu, ujar Eko, banyak orang yang minta makalah ataupun file via internet. Karena banyaknya peminat di derah, INSISTS telah melebarkan sayap dengan membuka diskusi serupa di beberapa daerah, seperti Bandung dan Solo.

Apresiasi hingga kini terus mengalir, baik secara langsung maupun via situs INSISTS sendiri. Rata-rata, ujar Eko, mereka mendapat wawasan baru seputar Islam.

Dibilang sok pinter

Tapi, tidak melulu respon positif. Menurut Eko, banyak juga cibiran dan pihak yang kurang suka dengan keberadaan diskusi tersebut. “Sering ada yang bilang, sok paling tahulah. Sok pinterlah,” ujarnya.

Tidak hanya itu, ketika DR. Zain An-Najah mengkritik Quraish Syihab tentang jilbab dalam materinya, ada orang yang tidak terima. Orang tersebut meminta agar An-Najah tidak ngomong sendiri, melainkan datang langsung ke Quraish Shihab.

Untuk pengumuman jadwal diskusi, Eko hanya memanfaatkan situs jejaring sosial facebook dan situs INSISTS. Tapi, dari situ, banyak orang yang mengcopy dan memasangnya di berbagai situs, blog, dan akun facebook.

Bisa dibilang, para pemateri diskusi ini patut diacungi jempol. Pasalnya, bukan saja karena kedalaman ilmu mereka, tapi juga keikhlasan mereka dalam mengajarkan ilmu. “Jika ada amplop ya dikasih. Jika nggak, ya enggak. Seadanya,” ujar Eko. [Anshor/www.hidayatullah.com]  

3 COMMENTS

  1. Lah, kok isinya tidak ada yang menunjukkan islam liberal menjadi gerah. Yang ada si Ridwan yang gerah. Seperti tertulis di paragraf ke 8 kalimat ke 2. Berikut saya kutif 2 kalimat pertama paragraf 8

    Ridwan sendiri mengikuti diskusi Sabtuan INSISTS ini sejak lama. Awalnya, Ridwan merasa gerah dengan kurikulum yang ada di kampusnya yang dinilainya liberal dan sekuler.

  2. terkadang ada “anak TK/SD” ingin membenarkan atau menyalahkan (berbantah-bantahan) kebenaran sejati ajaran para “profesor” yang telah wafat… terkadang mereka ingin mengukur luasnya alam semesta menggunakan mistar 30cm. terkadang mereka ingin menerangkan rasa manis gula yg orang lain kecap, padahal mereka belum pernah merasakannya… ketika menuju puncak sebuah gunung, orang dari jalan timur menyalahkan peta/panduan jalan orang yg mendaki dari arah barat (atau sebaliknya).. terkadang sebutir debu dianggap sebuah planet.. salam damai, selamat, aman dan sejahtera untuk kita semua..

Leave a Reply