Home Berita Tamu Istimewa INSISTS

Tamu Istimewa INSISTS

788
0

Hari Sabtu (10/12/2011), Insists mendapat kunjungan istimewa. Pagi itu, sekitar pukul 08.40, datang ke kantor Insists di Jln Kalibata Utara II/84 Jaksel, rombongan dari Pesantren Abu Hurairah Madura. Mereka terdiri atas 31 santri, sejumlah ustadz, dan dipimpin langsung oleh Mudir Ma’had, yaitu KH Haitami. Kehadiran mereka disambut oleh Peneliti Insists Dr. Adian Husaini dan Dr. Mukhlis Hanafi. Mereka singgah di Insists dalam rangkaian acara yang diberi nama “Rihlah Tarbawiyah”.

Pesantren Abu Hurairah berlokasi di Pulau Sapeken, Kabupaten Sumenep, Madura. Berdiri tahun 1974. Kini memiliki sekitar 1.000 santri. Menurut Kyai Haitami, Pesantren ini berdiri atas saran dari pendiri Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII) Mohammad Natsir.

Menurut Kyai Haitami, untuk sampai ke Insists, mereka menempuh perjalanan selama tiga hari. Dari Sapeken ke Pulau Madura, mereka harus berlayar selama 20 jam. Pulau Sapeken dihuni sekitar 10.000 jiwa dan luasnya hanya sekitar 3 km pesegi. Pulau ini dikelilingi sekitar 53 pulau kecil-kecil lainnya.

Yang tidak terbayangkan, di pulau terpencil itu, para ustadz dan santri selalu mengikuti pemikiran-pemikiran Insists melalui Majalah Islamia dan Jurnal Islamia Republika. “Pemikiran-pemikiran Insists sudah sangat akrab dengan kami,” kata Kyai Haitami. Pak Kyai menambahkan, di pulau-pulau terpencil juga sudah mulai dimasuki pemikiran-pemikiran liberal yang biasanya diusung oleh sarjana-sarjana alumni beberapa Perguruan Tinggi. Karena itulah, ia berharap suatu ketika, bisa dilakukan workshop pemikiran Islam di Sapeken.

Pada kesempatan itu, Dr. Adian Husaini menjelaskan sejarah dan aktivitas Insists yang bulan Januari 2012 akan memasuki usia 9 tahun. “Kami sama sekali tidak membayangkan bahwa apa yang kami kerjakan bisa bermanfaat sampai ke pelosok-pelosok. Di kepala saya pun tidak terbayang dimana lokasi Pulau Sapeken,” kata Dr. Adian.
Dr. Mukhlis Hanafi mengaku sangat terharu dengan pertemuan tersebut. “Hanya keikhlasan yang bisa mempertemukan kita semua,” kata Dr. Mukhlis yang pagi itu mengisi diskusi Sabtuan Insists.  Dr. Mukhlis mengaku selama ini ia belum pernah mendengar nama Pulau Sapeken.
Dalam dialog dengan para santri, masalah yang banyak ditanyakan adalah seputar pemikiran liberalisme dan cara-cara untuk menanggulanginya. Para Ustadz di Pesantren Abu Hurairah juga mengaku sudah membaca Novel “Kemi” karya Dr. Adian yang mengisahkan tentang latar belakang, pemikiran dan akibat pemikiran liberal.
Acara silaturrahim yang sangat sederhana itu akhirnya diakhiri dengan tukar menukar cendera mata. (***)

 

 

Leave a Reply