Pembicara:
Prof. Dr. Wan Mohd Nor Wan Daud
(Direktur Center for Advanced Studies on Islam, Science, and Civilization-
Universiti Teknologi Malaysia)
Prof. Dr. Didin Hafidhuddin MS
(Direktur Pasca Sarjana Universitas Ibn Khaldun Bogor)
Dr. Adian Husaini, M.Si.
(Ketua Program Magister dan Doktor Pendidikan Islam,
Universitas Ibn Khaldun Bogor)
MODERATOR:
Dr. Nirwan Syafrin, MA
(Pakar Pemikiran Islam, INSISTS)
******
HARI/TANGGAL/WAKTU
Sabtu/10 Maret 2012/13.00-15.00
Tempat:
ARENA ISLAMIC BOOK FAIR 2012
Ruang Anggrek Istora Senayan Jakarta
******
NB. Disertai dengan peluncuran dan diskusi buku terbaru
Prof. Dr. Wan Mohd Nor Wan Daud:
RIHLAH ILMIAH WAN MOHD NOR:
Dari Neomodernisme ke Islamisasi Ilmu Kontemporer
(PENERBIT: CASIS-UTM DAN INSISTS, 2012)
*****
PENYELENGGARA
• PANITIA ISLAMIC BOOK FAIR—IKAPI DKI JAKARTA
• INSTITUTE FOR THE STUDY OF ISLAMIC THOUGHT AND CIVILIZATIONS (INSISTS),
• PROGRAM DOKTOR PENDIDIKAN ISLAM—
UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR
WAN MOHD NOR:
CUMA SATU DALAM 100 TAHUN
(Catatan untuk Buku RIHLAH ILMIAH WAN MOHD NOR:
Dari Neomodernisme ke Islamisasi Ilmu Kontemporer)
Oleh: Dr. Adian Husaini
(Peneliti INSISTS/Editor Rihlah Ilmiah)
Islamic Book Fair 2012 di Jakarta kali ini menghadirkan seorang pakar pendidikan dan pemikiran Islam Internasional, Prof. Dr. Wan Mohd Nor Wan Daud. Dilihat dari sudut wacana pemikiran Islam di Indonesia, acara ini sangat istimewa, sebab dalam seminar dan dialog kali ini, Prof. Wan Mohd Nor akan meluncurkan buku terbarunya berjudul Rihlah Ilmiah Wan Mohd Nor Wan Daud: Dari Neomodernisme ke Islamisasi Ilmu Kontemporer.
Sebagai pewawancara dan editor buku ini, saya merasa mendapatkan kehormatan yang luar biasa, karena berkesempatan menuliskan sebuah kata pengantar. Semula, Prof Wan selalu menolak jika saya minta menuliskan biografi intelektualnya. Sampai, suatu saat, saya katakan kepadanya, “Prof Wan adalah satu-satunya ilmuwan yang pernah berguru kepada Fazlur Rahman dan Naquib al-Attas. Berdosa kalau pengalaman ini tidak ditulis. Dalam masa 100 tahun, tidak akan pernah ada lagi ilmuwan seperti Anda!”
Akhirnya, ia bersedia. Itu pun dalam bentuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan. Bagi saya, soal bentuknya, tidak terlalu penting. Justru salah satu keunikan buku ini adalah ditulis dalam bentuk dialog, sehingga memudahkan pembaca untuk memahami masalah pemikiran yang terkadang sedikit pelik. Alhamdulillah, akhirnya buku ini selesai, setelah memakan waktu yang cukup panjang, sekitar dua tahun.
Bagi pecinta dunia pemikiran dan pendidikan Islam, buku ini sangat menarik dan sangat penting, sebab NEO-MODERNISME dan ISLAMISASI ILMU merupakan dua arus utama corak pemikiran yang berkembang di Indonesia saat ini, khususnya di Perguruan Tinggi Islam. Karena itu, saran saya, perlukan untuk hadir dalam acara seminar dan dialog penting ini!
MENGAPA?
Prof Wan Mohd Nor adalah SATU-SATUNYA ilmuwan yang berguru secara intensif kepada dua ilmuwan besar di abad XX dan XXI, yaitu Prof. Fazlur Rahman dan Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas. Saat belajar di University of Chicago, Wan Mohd Nor belajar kepada Fazlur Rahman bersama A. Syafii Maarif, Amien Rais, Nurcholish Madjid, dan lain-lain.
Fazlur Rahman dikenal sebagai tokoh pemikir berfaham neo-modernis yang menjadi inspirasi pengembangan paham “Islam liberal” di Indonesia. Neo-modernisme menerima metode hermeneutika dalam penafsiran al-Quran. Neo-modernisme juga menolak gagasan Islamisasi Ilmu Pengetahuan.
Di buku ini, Wan Mohd Nor mengaku bangga pernah berguru pada Fazlur Rahman, tetapi sekaligus bersikap kritis terhadap beberapa pemikiran utamanya, termasuk dalam soal hermeneutika dan Islamisasi Ilmu.
Buku ini memaparkan kisah-kisah menarik – disertai dengan dokumen-dokumen otentik — bagaimana persahabatan yang sangat erat antara Wan Mohd Nor dengan Amien Rais dan Syafii Maarif. Tapi, pada saat yang sama, kita bisa memahami bagaimana perbedaan pemikiran antara Wan Mohd Nor dengan sejumlah sahabatnya itu.
Prof. Naquib al-Attas adalah ilmuwan besar yang memelopori gagasan Islamisasi Ilmu Pengetahuan. Al-Attas banyak mengkritik pemikiran Fazlur Rahman. Menurut Wan Mohd Nor, Al-Attas adalah ilmuwan Muslim pertama yang menguraikan kekeliruan penggunaan hermenutika dalam penafsiran al-Quran.
Tetapi, UNIKNYA, buku ini mencatat komentar Fazlur Rahman yang menyatakan, al-Attas adalah ilmuwan yang genius, dan Wan Mohd Nor diminta secara khusus oleh Fazlur Rahman untuk menemani al-Attas selama di melakukan penelitian University of Chicago.
Pada sisi lain, meskipun mengkritisi pemikirannya, al-Attas juga mengundang Fazlur Rahman untuk mengajar di ISTAC. Tetapi, Fazlur Rahman “keburu” wafat, dipanggil Allah SWT. Akhirnya, seluruh koleksi perpustakaan pribadi Fazlur Rahman diserahkan ke al-Attas oleh keluarga Rahman.
Dengan membaca buku ini, insyaAllah kita akan memahami akar masalah dan peta pergolakan pemikiran Islam di Indonesia. Juga, kita akan paham, bahwa kelompok-kelompok seperti JIL hanyalah para PENGASONG ide-ide liberal, yang ….. (titik…titik…. Silakan isi sendiri!)
Jadi, silakan catat: TANGGAL 10 MARET 2012, pukul 13.00-15.00! Mari kita jumpa dan berdialog dengan Prof Wan Mohd Nor, menelaah buku terbarunya, serta berdialog dengan ilmuwan — yang bukan hanya langka – tetapi juga SATU-SATU-nya – yang masih tersisa, yang sempat mengunyah berbagai jenis pemikiran liberal, berguru pada dua guru besar yang berbeda faham, namun akhirnya menjadi pemikir yang gigih dalam memperjuangkan Islamisasi Ilmu dan Peradaban Islam. (***)
============================================================
NOTA BENE
(ARTINYA: CATAT DENGAN BAIK!):
Pengumuman Panitia:
Untuk para sahabat, jamaah, dan semua pecinta ilmu dan kebenaran, karena tempat terbatas, maka peserta seminar dan dialog diharap mendaftar sesegera mungkin atau memesan buku ke INSISTS; kirim SMS ke 0878-78147997, atau email: fikrimustanir@yahoo.com. (Eko Heru P). Peserta yang mendaftar, mendapatkan kehormatan dapat membeli buku dengan diskon 50% dari “HARGA INFAK” Rp 115.000,-. Mengapa “HARGA INFAK”?
Karena di Malaysia, harga buku ini RM 100 (sekitar Rp 300.000).
Buku ini setebal 482 halaman, hard-cover yang cantik-menarik, dengan akurasi bahasa yang tinggi. Meskipun secara umum ditulis dalam bahasa Malaysia, tetapi dilengkapi dengan glossary istilah Malaysia-Indonesia. Yang terbiasa nonton Upin-Ipin insyaAllah mudah paham. (***)