Home Sosok Prof. Dr. Sofyan Sauri

Prof. Dr. Sofyan Sauri

2618
0

Sofyan-SauriDosen yang satu ini tak bosan-bosannya bercerita tentang pentingnya penanaman nilai dalam dunia pendidikan. Terlebih kini, saat arus sekularisme dan liberalisme telah mencengkeram hampir seluruh sendi kehidupan manusia. Dialah Prof. Dr. Sofyan Sauri, guru besar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), sekaligus ketua Program Studi Pendidikan Umum/Nilai di  UPI Bandung.
Ditemui di kantornya,  di lantai enam gedung Pascasarjana UPI, Selasa (19/10/2010), Prof. Sofyan menyempatkan diri berbagi ilmu kepada Arif Munandar Riswanto dan Agung Aditya Subhan, dua peserta program Kader Ulama Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia di Magister Pendidikan Nilai — UPI.

Berikut petikan wawancaranya.

Bagaimana menurut Profesor,  kondisi pendidikan Indonesia saat ini?
Pendidikan di Indonesia saat ini belum memperlihatkan hasil yang maksimal. Dengan kata lain, pendidikan di Indonesia belum menghasilkan manusia yang baik. Pendidikan di Indonesia hanya berorientasi untuk menghasilkan manusia yang pintar saja. Padahal, dalam pendidikan, yang dihasilkan bukan hanya manusia yang pintar. Pendidikan di Indonesia seharusnya bisa menghasilkan manusia yang cerdas akalnya, lembut hatinya, dan terampil tangannya. Dengan kata lain, harusnya pendidikan  bisa menghasilkan manusia yang berpikir, berzikir, dan berikhtiar.

Apa yang harus dilakukan oleh pendidikan agar bisa menghasilkan manusia yang baik?
Untuk menghasilkan manusia yang baik, setiap pendidik harus sadar bahwa pendidikan bukan hanya sekadar mengajarkan pengetahuan yang diajarkan. Jika pendidikan masih dipahami seperti itu, manusia yang baik yang dicita-citakan dalam pendidikan sulit untuk lahir. Inilah pentingnya mengapa setiap pendidik harus bisa mengajarkan nilai yang ada di balik Mata Pelajaran.

Bisa diberikan contoh?
Contohnya seperti mata pelajaran agama Islam. Ketika mengajarkan tema shalat, misalnya, guru agama Islam jangan hanya mengajarkan pengetahuan shalat. Sedangkan nilai-nilai yang ada di dalam shalat seperti disiplin, tanggung jawab, sopan santun, kasih sayang, dan harus taat kepada pemimpin, tidak disampaikan. Kalaupun disampaikan, ia biasanya diberikan dengan tidak maksimal dan tidak terencana.

Apa yang disebut dengan nilai?
Jika disederhanakan, nilai adalah hal positif atau negatif yang dipertimbangkan oleh seseorang sehingga menjadi pilihan yang kemudian diaplikasikan dalam kehidupan.

Apakah nilai yang abstrak bisa diajarkan kepada anak didik?
Yang diajarkan dalam pendidikan nilai bukan teori. Seperti memberikan definisi bahwa yang disebut dengan disiplin adalah bla, bla, bla, atau sopan santun yaitu bla, bla, bla. Namun, pendidikan nilai harus diajarkan seiring dengan pembelajaran mata pelajaran. Nilai langsung larut dalam mata pelajaran. Jadi, dalam pendidikan nilai, yang tepat bukan mengajarkan nilai, tetapi menginternalisasikan nilai dalam pembelajaran. Kita memiliki moto, yaitu, pendidikan nilai adalah nilai pendidikan. Dengan nilai hidup menjadi lebih bermakna.

Berarti pendidikan nilai bukan hal yang mudah dilakukan?
Betul. Ia membutuhkan para pendidik yang sadar bahwa mendidik adalah tugas dari Allah. Tugas tersebut akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Nah, yang jadi pertanyaan, apakah para pendidik kita memiliki kesadaran tentang hal tersebut? Karena, yang menjadi kenyataan, tugas mendidik hanya sekadar untuk menggugurkan kewajiban. Jika seperti itu, bagaimana tanggung jawab seorang pendidik di hadapan Allah?

Apa yang menjadi penyebab hilangnya pendidikan nilai dalam dunia pendidikan kita?
Penyebabnya adalah karena manusia sudah mendewakan otak. Manusia terlalu bangga dengan kepintaran saja. Kita sering melihat banyak orangtua yang bangga dengan anaknya yang pintar tetapi akhlaknya hancur. Penyebab dari hal tersebut karena masyarakat kita hanya mementingkan dunia. Dunia adalah segala-galanya. Masyarakat kita sudah lupa tujuan hidup. Akibatnya, visi terhadap akhirat dilupakan. Padahal, di dalam Islam, dunia dan akhirat adalah dua hal yang tidak bisa ditinggalkan. Sebagaimana dijelaskan dalam Surat Al-Qashash ayat 77. Ayat tersebut berbicara tentang visi hidup.

Berarti aspek akhirat sangat penting dalam pendidikan?
Oh ya. Dan, dalam tujuan pendidikan nasional kita, aspek tersebut telah dijelaskan. Seperti tujuan untuk menghasilkan anak didik yang beriman dan bertakwa. Di sini, kita akan mengetahui pentingnya penanaman nilai tauhid kepada anak didik. Baik dalam pembelajaran formal, informal, ataupun non-formal.

Apakah pendidikan nilai sama dengan pendidikan karakter?
Pendidikan karakter itu sebenarnya pendidikan akhlak. Sedangkan pendidikan akhlak itu pendidikan yang penuh dengan makna nilai. Jadi, antara yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan erat. Ia tidak bisa dipisahkan. Meskipun saya lebih enak menggunakan istilah pendidikan akhlakul karimah.

Apa yang menjadi latar belakang diadakannya Program Studi Pendidikan Umum/Nilai di UPI?
Pada awalnya, Pendidikan Umum/Nilai di UPI bertujuan untuk membekali para dosen MKDU (Mata Kuliah Dasar Umum). Pendidikan yang diberikan adalah untuk membentuk kepribadian. Agar ketika melakukan pembelajaran, para dosen tersebut bisa melakukan upaya memanusiakan manusia. Namun, dalam perjalanannya, yang belajar di Pendidikan Umum/Nilai bukan dosen-dosen MKDU saja, tetapi setiap orang dari berbagai latar belakang disiplin ilmu. Oleh karena itu, Pendidikan Umum/Nilai terbuka untuk semua background pendidikan.

Visi dan Misi Pendidikan Umum/Nilai sendiri seperti apa?
Visinya adalah pembentukan dan pengembangan kepribadian manusia secara utuh (kaffah) berlandaskan perangkan tatanan nilai moral dan norma luhur yang ada dan berlaku secara universal maupun nasional sehingga terbina perikehidupan yang agamis, berbudaya, dan berdaya guna bagi khalayak umum, bangsa, dan negara. Dengan istilah lain, melahirkan lulusan Magister dan Doktor yang cerdas otaknya, lembut hatinya, dan terampil tangannya.
Adapun misinya antara lain, mempersiapkan pakar atau pengembang ilmu dalam bidang kajian Filsafat Pendidikan, Sosiologi Pendidikan, Pendidikan Nilai, dan Pendidikan Agama, dalam konteks disiplin ilmu pendidikan dan disiplin ilmu lainnya.

Saran untuk pendidikan di Indonesia?
Pemerintah harus mengubah mindset dalam melaksanakan pembelajaran. Pendidikan jangan hanya diarahkan untuk menghasilkan anak didik yang cerdas, tetapi kemudian mengabaikan hatinya. Namun, pendidikan harus dilakukan secara holistik. Kognitif, afektif, dan psikomotor anak didik harus dididik. Dan, mindset seperti itu harus menjadi kebijakan pemerintah.[] (***)

Leave a Reply