Home Artikel Dāruşşifā: Rumah Sakit berbasis Wakaf Penemu Vaksin Cacar Era Turki Utsmani

Dāruşşifā: Rumah Sakit berbasis Wakaf Penemu Vaksin Cacar Era Turki Utsmani

13186
0

Oleh: Henri Shalahuddin

Dalam dua-tiga hari terakhir ini beberapa teman mengajukan pertanyaan kepada saya melalui pesan WA pribadi dan group tentang keabsahan berita sertifikasi vaksin yang dikeluarkan oleh pemerintah zaman Turki Utsmani. Terus terang saya belum bisa memastikannya secara langsung, sebab di Istanbul saja ada sekitar 1,5 juta manuskrip zaman Turki Utsmani. Tetapi peneliti Yunani seperti Kyrkoudis, dkk., pada bulan Januari 2021 telah menerbitkan artikel mereka bertema “Vaccination of the Ethnic Greeks against smallpox in the Ottoman Empire”. Artikel ini menjelaskan keabsahan gambar manuskrip dokumen vaksin di Turki Utsmani tersebut. Bahkan mereka menyertakan enam gambar dokumen yang menjelaskan bukti dan sertifikat keluarga yang sudah divaksin di wilayah Turki Utsmani pada tahun 1903 dan tahun 1913.

Metode “vaksin” untuk penyembuhan wabah penyakit cacar yang melanda beberapa belahan dunia kala itu sebenarnya telah ditemukan di Dāruşşifā (rumah sakit) yang terdapat dalam Kompleks Sosial Sultan Beyazid II (Sultan II Beyazid Külliyesi) yang didirikan di masa pemerintahan beliau pada abad 15. Alhamdulillah, saya dan keluarga telah mengunjungi museum kesehatan ini dua kali pada bulan Januari dan Maret 2021, dan mengajak beberapa mahasiswa alumni Gontor yang kuliah di Turki untuk menyaksikan pencapaian generasi umat terdahulu dalam pengelolaan wakaf untuk bidang kesehatan.

Metode penyembuhan wabah cacar diwarisi Turki Utsmani dari Seljuk. Menurut Dr Rafat Osman Turki Utsmani telah mempraktekkan metode variolasi, yaitu injeksi yang disengaja dengan virus cacar kepada orang yang tidak terinfeksi. Di Edirne, variolasi biasanya dilakukan di ruang pemandian (hammam). Di hari “penyuntikan”, dinding hamam dihiasi dengan bunga mawar. Aneka makanan dan minuman (şerbet) dihidangkan, dan diiringi dengan musik yang menghibur. Kemudian dokter wanita yang menyuntik akan melakukan tugasnya dengan materi cangkok (jaringan hidup yang ditransplantasikan melalui pembedahan) yang ditempatkan di dalam daun ara. Dia lalu menutupi sayatan dengan daun mawar yang direndam dalam air mawar.

Jarum suntik untuk cacar di masa Turki Utsmani

“Penyuntikan” imunisasi cacar di masa itu dilakukan dengan jarum sayat, dimana kulit digores dengan jarum gading dan bahan imunisasi dalam jarum akan menyebar ke tubuh pasien. Satu langkah keberhasilan bertahap dalam pemberantasan cacar ini disebut “Türk usulü çicek aşısı” (injeksi cacar Turki). Metode injeksi cacar Turki (variolasi) ini telah dipraktekkan di wilayah-wilayah Turki Utsmani yang terjangkit wabah cacar, seperti Salonika (sekarang wilayah Yunani), Plovdiv (sekarang wilayah Bulgaria), Edirne, dan Istanbul.

Setelah mengamati metode injeksi cacar Turki ini di Edirne, Pada tanggal 1 April 1717, Lady Mary W. Montagu, istri Edward Wortley Montagu yang menjadi Duta Besar Inggris untuk Turki Utsmani di Istanbul dari 1716 hingga 1717, mengirim surat kepada teman Inggrisnya, Sarah Chiswell dan menjelaskan bagaimana injeksi dilakukan.

“Cacar, penyakit yang begitu fatal dan melanda umum di antara kita (masyarakat Inggris), di sini sama sekali tidak berbahaya dengan penemuan metode pencangkokan (engrafting, jaringan hidup dari penderita yang ditransplantasikan melalui pembedahan). Di musim gugur, beberapa keluarga memanggil seorang wanita tua yang berpengalaman dalam seni pencangkokan, dan wanita itu menempatkan beberapa materi (virus) cacar dari kulit di tempat yang digores dengan jarum dan menutupinya dengan sepotong kulit. Anak-anak akan menderita demam delapan hari kemudian, di mana mereka akan memiliki sejumlah kecil pustula (benjolan seperti jerawat) di wajah, yang pastinya akan meninggalkan bekas. Belum ada bukti kasus orang meninggal karena (melakukan ini). Saya bisa menjadi relawan untuk membawa penemuan berguna ini menjadi model penyembuhan di Inggris.”

Lady Mary W. Montagu memorial, relief at Lichfield Cathedral, 1789

Sekembalinya ke negaranya, Lady Mary W. Montagu segera menyuntik putranya, Edward, yang berusia lima tahun. Dia mendedikasikan dirinya untuk mengadopsi “Injeksi Cacar Turki” di Inggris. Pada saat itu, ada wabah cacar besar di London, dan putrinya yang berusia empat tahun juga disuntik di depan para dokter dari istana Inggris.

Sebagai rasa terima kasih atas manfaat variolasi yang dia alami, Henriette Inge memberikan bantuan di Katedral Lichfield, dan menyampaikan rasa terima kasih berikut:

“Lady Montogu memperkenalkan teknik yang bermanfaat untuk menyuntik cacar dari Turki ke negara ini. Yakin akan keampuhannya, ia pertama kali mencobanya dengan sukses pada anak-anaknya sendiri dan kemudian merekomendasikan praktik tersebut kepada sesama warganya. Berkat dia, kita telah diselamatkan dari bahaya penyakit ganas ini”.

Untuk menguji lebih lanjut keamanan injeksi ini, pada 20 Agustus 1721 enam terpidana mati dari penjara Newgate menjalani Injeksi Cacar Turki. Ketika tidak terjadi apa-apa pada para narapidana mati tersebut, keluarga kerajaan, para bangsawan, dan banyak politisi mulai menyuntik anak-anak mereka.

Setelah itu, pada tahun 1722 dua pangeran di Istana Kerajaan telah disuntik, Injeksi Cacar Turki menyebar ke seluruh Eropa. Injeksi Cacar Turki tetap menjadi satu-satunya harapan dalam perjuangan melawan penyakit cacar hingga Edward Jenner (1749-1823) menemukan imunisasi cacar sapi (cowpox, vaksinasi) pada tahun 1796.

Istanbul, autumn 2021.

Leave a Reply