Home Berita Bandung Berfilsafat

Bandung Berfilsafat

1336
1

Filsafat mungkin bukan topik yang populer di masyarakat untuk didiskusikan. Sebagian ada yang menganggapnya sebagai masalah yang rumit dan membingungkan bahkan hanya berisikan debat-debat yang tidak berguna. Ada juga yang memilih menghindari filsafat dan menganggapnya ilmu yang haram karena dianggap mengagung-agungkan akal secara berlebihan.

Untuk memperjelas duduk persoalan filsafat ini, PIMPIN dan Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS) menggelar seri kuliah umum “Bandung Berfilsafat:Lectures and Conversations on Western Philosophy and Islamic Philosophy.”

Acara yang  berlangsung pada 9-10 dan 23-24 April 2016 ini bertempat di Hotel Neo Bandung dengan menghadirkan Dr. Syamsuddin Arif sebagai pembicara dan Dr. Adian Husaini sebagai ‘interlokutor’.

Dalam pembukaan acara yang dihadiri berbagai kalangan ini, ketua panitia sekaligus direktur Pimpin, Dr. Wendi Zarman, menjelaskan acara diadakan untuk meluruskan pemahaman masyarakat mengenai filsafat Barat dan Islam. Ia menampik, dalam filsafat, memang ada hal-hal yang kontroversial, bahkan berbahaya secara akidah.

“Tapi tidak berarti filsafat harus disingkirkan,” kata dosen Unikom Bandung ini.

Filsafat sebagai sebuah ilmu harus diperlakukan secara adil. Inilah yang dilakukan ulama-ilmuwan Muslim masa silam. Mereka bukan hanya menyerap dan menelan mentah-mentah pemikiran para filosof Yunani, tetapi juga melakukan proses islamisasi sehingga dihasilkan suatu corak pemikiran filsafat yang berbeda dengan filsafat Yunani yang kita kenal dengan filsasat Islam.

“Karena, bagaimana pun juga keadaan kehidupan yang kita saksikan sekarang buah dari pemikiran filosofis. Politik, ekonomi, pendidikan, sosial dan budaya, semua itu buah dari pemikiran filosofis,” ujar Wendi.

Jika umat Islam membuang tradisi berpikir filosofis maka dia hanya akan menjadi konsumen pemikiran luar, khususnya Barat pada zaman ini. “Jangan sampai orang Islam, tapi konsep politik, ekonomi, pendidikan, sosial-budayanya dari Barat semua,” lanjutnya.

Dalam kegiatan ber-tagline “Now Everyone Can Think” ini, Dr. Syamsuddin Arif menjelaskan bahwa filsafat sebagai suatu kegiatan berpikir secara mendalam, sebenarnya bukan dominasi orang Yunani saja.

“Harusnya kita tersinggung bila dikatakan filsafat hanya dari Yunani. Seakan-akan orang India, China, Afrika, Arab, termasuk Indonesia, tidak berpikir,” ujar direktur eksekutif INSISTS ini.

Perihal manfaat belajar filsafat Islam, ia menjelaskan ada beberapa manfaat yang bisa dipetik.

Pertama, filsafat sebagai kegiatan berpikir ilmiah sangat dihargai dalam Islam. Kedua, ia berguna untuk menemukan hikmah yang hilang, mengingat hikmah itu tidak semuanya berada di tangan umat Islam. Ketiga, ia juga memberi jalan memuaskan rasa ingin tahu manusia yang merupakan sifat alamiahnya. Keempat, filsafat diperlukan untuk membangun argumentasi rasional demi mengukuhkan keyakinan agama.

Acara ini akan kembali diadakan tanggal 23-24 April 2016 di tempat yang sama dengan pembicara yang sama pula.*/Wendi

1 COMMENT

  1. bagaimana caranya untuk bisa ikut agenda ini? wah saya tertarik ikut….sayang tempo hari saya tidak dapat infonya. apa ada contact personnya? thanks

Leave a Reply